Gambar: Macan Tutul ( Panthera pardus ) |
Habitat dan Penyebaran di Dunia
Rumah kehidupan bagi P. pardus sebenarnya sangat beragam. Mulai dari rawa-rawa hutan tropis sampai gunung bebatuan dengan landscape berbukit-bukit. Hutan dataran rendah, hutan semak hingga padang pasir juga mampu dijelajahinya. Bahkan bangkai P. pardus pernah ditemukan di Gunung Kilimanjaro, Afrika dengan ketinggian 5.630 m dpl.
Mengingat keanekaragaman habitat yang dimiliki oleh P. pardus, maka mereka juga akan berevolusi secara fisik, sehingga walaupun mereka satu spesies namun ada beberapa perbedaan kecil pada warna bulu dan bentuk fisik sesuai dengan perbedaan habitat yang mereka tempati.
Penyebaran P. pardus mencakup wilayah yang sangat luas meliputi tiga benua yaitu, Asia, Eropa dan Afrika. Dibandingkan dengan sepupu lainnya, jenis ini ternyata tersebar paling luas di permukaan dunia. Namun kebanyakan dari mereka lebih sering dijumpai di belahan benua Asia. Di Eropa mereka dapat kita jumpai di Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol hingga di Rusia. Dimana populasi terbesar mereka di Eropa terdapat di Taman Nasional Kedrova Pad, Rusia. Sebagian besar populasi P. pardus saat ini labih banyak berada di Benua Asia, terutama di negara-negara India, Bangladesh, Srilangka, Pakistan, Bhutan, Nepal, Cina, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Indonesia tentunya. P. pardus yang hidup di Benua Afrika dapat dijumpai umumnya di Afrika Timur dan Afrika Tengah. Namun karena kondisi habitat yang rusak dan perburuan liar, populasi P. pardus saat ini hanya terkonsentrasi pada Taman-taman Nasional, Suaka Margasatwa dan Suaka Alam pada negara-negara tersebut.
Deskripsi Fisik
Bentuk fisik yang dimiliki P. pardus sangat beragam dan bervariasi antara satu dengan yang lain. Habitat merupakan faktor utama yang menentukan perbedaan-perbedaan tersebut. Warna P. pardus yang hidup di daerah hutan tropis dataran rendah yang lebat dan tertutup tajuk umumnya cenderung lebih gelap daripada yang hidup pada daerah yang lebih terbuka. Bulu macan ini umumnya berwarna dasar kuning pucat kecoklatan sampai kuning kemerahan, berikut tutul hitam besar kecil di sekujur tubuhnya. Bulu putih ada sedikit, biasanya di ujung ekornya yang panjang. Konon titik bulu putih itu berfungsi sebagai sinyal, agar anakan macan tutul mengikuti tutul putih itu saat menempuh perjalanan bersama induknya di semak belukar. Bahkan ada pula dari jenis ini yang nampak memiliki warna hitam polos dan biasa disebut dengan macan kumbang oleh masyarakat. Namun jika benar-benar diamati sesungguhnya P. pardus tersebut juga memiliki totol/ bintik-bintik hitam ditubuhnya. Selain itu P. pardus yang hidup di daerah tropis memiliki bulu yang lebih pendek dan halus ketimbang P. pardus yang hidup di daerah beriklim dingin dengan bulu yang lebih panjang dan kasar. Warna dan totol/ bintik-bintik hitam pada tubuh sangat penting artinya bagi P. pardus sebagai kamuflase di alam bebas. Oleh sebab itu sangat sulit mendeteksi keberadaannya di habitatnya. Totol/ bintik-bintik hitam pada tubuh tersebut mampu mengelabui setiap mangsanya, sehingga satwa ini merupakan jenis pemburu hebat yang sering sukses dalam setiap perburuannya. P. pardus yang hidup di daerah pegunungan dan perbukitan umumnya memiliki tubuh yang lebih besar dibanding dengan yang hidup pada dataran rendah. Tetapi umumnya panjangnya antara 90 - 150 cm dengan tinggi 60 - 95 cm dan bobot badannya 40 - 60 kg. Dengan bentuk fisik yang memanjang dan elastis disangga keempat kakinya yang pendek dengan telapak lebar dan kuku yang lebar. Juga didukung dengan telinga yang pendek akan sangat menunjang kecepatan akselerasi dan mobilitasnya dalam berburu.
Mangsa (Prey)
P. pardus merupakan jenis karnivora yang hanya memakan daging. Dihabitatnya mangsa mereka bervariasi tergantung keadaan ekosistem dan jenis satwa mangsa yang banyak dijumpai oleh mereka. Jenis-jenis herbivora seperti seperti rusa, kijang, kambing hutan, kancil, babi hutan adalah mangsa utama mereka. Selain itu mereka juga memangsa jenis-jenis primata/ omnivora seperti kera dan beruk, juga binatang pengerat seperti tupai atau pun bajing. Ikan dan burung juga tak luput menjadi incaran mereka jika ada kesempatan. Bahkan dengan kemampuan berburunya yang luar biasa P. pardus juga mampu memangsa jenis-jenis karnivora lainnya seperti anjing hutan, kucing hutan dan ular. Terkadang mereka juga makan bangkai atau sisa-sisa makanan dari karnivora lainnya seperti harimau. Jika kesulitan mencari mangsa di habitat aslinya, mereka juga tidak segan-segan mengincar hewan ternak milik penduduk desa seperti ayam, kambing, anjing piaraan dan anak sapi. Bahkan manusia sendiri juga diserang pada kondisi yang sangat lapar atau terpaksa jika merasa terganggu atau disakiti.
Perburuan
Diantara sekian banyak jenis big cat, P. pardus merupakan jenis yang memiliki kemampuan terbaik dalam mengintai mangsanya. Pergerakannya sangat luwes dan tersembunyi, sehingga nyaris tidak terdeteksi oleh yang lain. P. pardus juga memiliki kemampuan memanjat pohon yang handal, mereka mampu turun dari pohon dengan kepala menghadap ke bawah. Walaupun satwa ini pandai berenang tetapi mereka tidak suka berendam lama atau berbaring di air seperti hal nya kerabat dekat mereka harimau. Sebagai binatang buas tamparan cakarnya, gerak sergapannya, gigitan taringnya, sungguh mengerikan. Di kehidupan liar diketahui mereka berburu sendirian, kadang berpasangan kalau lagi musim kawin, atau rombongan induk beserta beberapa ekor anak yang hampir dewasa. Biasanya anaknya berjalan di depan, setelah itu baru induknya. Kalau berburu, sang induk juga mengikuti dari belakang, namun jika ada mangsa dia yang akan menerkam duluan. Kemampuan berburu P. pardus yang baik selain ditunjang bentuk fisik yang ideal juga karena mereka dikaruniai pendengaran, penglihatan dan predator instinct yang sangat peka. Disaat akan menerkam mangsa mereka juga mengambil posisi dengan mengusungkan punggung, menekan rusuk di antara kedua pundaknya sehingga terlihat membusung dengan kepala ke bawah. Hal ini umumnya dilakukan oleh sebagian besar keluarga big cat lainnya. Pada saat berburu, yang menjadi sasaran gigitannya adalah pada tengkuk, leher dan tenggorokan. Dalam perburuannya, macan ini amat cerdik. Mangsa itu sepertinya dipelajari perilakunya, kemudian diincar dan disergap kontan sampai mati di tempat. Mereka lebih sering menyerang dari belakang atau samping dengan mencengkram dan kemudian menggigit tenggorokan mangsanya. Macan ini tidak mau mengambil risiko berkelahi dulu baru membunuh. Korban dikoyak perutnya. Usus dan isi perut yang tak disukai, biasanya dibuang atau disingkirkan jauh. Kalau tak ada gangguan, korban yang masih segar langsung dimakan. Macan ini makan sambil duduk rebahan. Sisa mangsanya kemudian digondol jauh-jauh, atau diangkat ke pohon. Hasil buruan tersebut dibawa naik ke atas pohon untuk disantap ataupun disimpan terlebih dahulu di sana. Mereka mampu mengangkat hasil buruannya ke atas pohon hingga ketinggian 15 m, walaupun bobotnya lebih berat dan lebih besar ukuran tubuhnya daripada dirinya. Ini dilakukan agar hasil buruannya tersebut tidak dimakan oleh karnivora lainnya.
Perilaku dan Kebiasaan
Supercat ini termasuk kedalam kelompok satwa nocturnal yang aktif dimalam hari, namun pada siang hari jika cuaca mendung mereka juga sering berkeliaran dan melakukan perburuan. Tetapi pada umumnya perburuan tetap dilakukan dimalam hari. Kadang-kadang mereka ditemukan dalam kelompok 3 – 4 ekor, biasanya terdiri dari induk dan anak-anaknya ataupun berjalan dan berburu secara berpasangan. Namun sejatinya P. pardus merupakan jenis satwa yang soliter dan suka menyendiri. Satwa buas ini merupakan jenis satwa yang bersifat tetitori (menguasai daerah tertentu). Mereka hidup dalam home range atau teritori sekitar 5 - 15 km2. Macan jantan akan berkelana mencari pasangan dalam teritorinya masing-masing. Tiap daerah itu ditandai dengan cakaran di batang kayu, buang air kencing dan fecesnya. Pada saat tidak berburu disiang hari, biasanya mereka tiduran di atas bebatuan atau semak-semak. Terkadang juga mereka bermalas-malasan di sebuah dahan pohon dengan ekor yang tergelantung bebas dan terjuntai kebawah.
Perkembangbiakan dan Siklus Hidup
Belum ada catatan yang jelas mengenai masa hidup dari satwa ini dalam habitat aslinya. Namun beberapa ilmuwan memperoleh informasi dari oknum masyarakat yang sering berburu satwa ini, bahwa masa hidup di habitat aslinya hanya mencapai 7 – 9 tahun. Sedangkan di luar habitat aslinya dapat mencapai 21 – 23 tahun. Masa hamil P. pardus sekitar 90 – 110 hari, sang induk akan membuat tempat tinggal dari semak belukar di dalam gua, celah bebatuan atau lubang pohon untuk melahirkan. Selama 6 – 7 hari pra melahirkan kondisi tubuh induk betina hangat seperti meriang. Proses melahirkannya memiliki tingkat mortalitas yang tinggi, umumnya dari 2 – 6 ekor anak yang dilahirkan, hanya hidup 1 – 2 ekor saja. Bayi-bayi macan tutul dilahirkan satu per satu dari induknya dalam keadaan yang sangat lemah, mereka baru bisa melihat setelah 10 hari kemudian. Warna ketika lahir memiliki sedikit totol dan cenderung keabu-abuan. Sedangkan jarak untuk melahirkan kembali berkisar 1 – 2 tahun. Memasuki usia 3 bulan anak P. pardus mulai mengikuti induknya berburu diluar sarangnya. Anakan macan ini baru akan tumbuh semua giginya ketika berusia 5 bulan dengan badan hampir sepantar induknya. Sang jantan kadang kala juga merawat anaknya.. Pada usia satu tahun mereka mulai belajar hidup mandiri. Namun demikian mereka masih bersama sang induk sampai usia 18 – 24 bulan. Mereka ini memasuki usia dewasa pada umur 3 - 4 tahun.
Status Konservasi :
*) CITES : Appendix 1
*) IUCN : satwa langka
*) U.S. MBTA : Appendix 1
*) U.S. ESA : satwa langka
Klasifikasi :
*) Kingdom : Animalia
*) Phylum : Chordata
*) Class : Mammalia
*) Order : Carnivora
*) Family : Felidae
*) Subfamily : Phanterinae
*) Genus : Phantera
*) Species : Phantera pardus
*) Sub species :
Asal | Sub species | Asal | Sub species |
Amur Cina Utara India Indonesia Sri Lanka Nepal Kashmir Baluchistan Persia Tengah Persia Utara Kaukasia Asia Kecil Sinai Afrika Utara | Panthera pardus oriental P.p. japonensis P.p. fusca P.p. melas atau P.p. sondaica P.p. kotiya P.p. pernigra P.p. millardiistan P.p. sindica P.p. dathei P.p. saxicolor P.p. ciscaucasia P.p. tuliana P.p. jarvisi P.p. pardus | Eritrea Afrika Timur Zanzibar Afrika Tengah Tanjung Afrika Uganda Afrika Barat Kongo | P.p. antinorii P.p. suahelica P.p. adersi P. p. shortridgei P.p. melanotica P.p. chui P.p. leopardus P.p. ituriensi |
Referensi
* http://arirakatama.multiply.com/tag/macan%20tutul
* http://id.wikipedia.org/wiki/Macan_tutul
* http://www.google.com Read More...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar